Monday 18 February 2013

UJIAN SEBUAH KEADILAN



Di riwayatkan bahwa, Umar Bin Abdul Aziz ketika menjadi khalifah, pernah di guncang oleh timbulnya pemberontakan yang sangat dahsyat. Bughat (2= adalah pemberontak suatu pemerintahan yang sah, dalam istilah sekarang di kenal dengan gerakan mekar yang di takuti oleh suatu pemerintahan atau negar.)  -kaum pemberontak-, bertindak sangat kejam tehadap rakyat jelata. Oleh karen itu, pemerintah bertekat untuk memberantas pemberontakan itu sampai tuntas. Para pemberontak tidak mau menyerahkan diri. Apabila tertangkap mereka akan di jatuhi hukuman mati. Hal itu sudah menjadi keputusan pemerintah.
             Suatu ketika, seorang pemberontak kedapatan tertangkap. Pemberontak itu di jatuhi hukuman pancung pun akan segera dilangsungkan. Rakyat berduyun-duyun ingin menyaksikan pelaksanaan hukuman pancung itu dengan harap-harap cemas.
            Berdasarkan peraturan, sebelum pelaksanaan hukuman pancung tersebut di mulai, kepada si terhukum di berikan kesempatan untuk menyampaikan permohonan terakhir, sebelum maut merenggut nyawanya.
            “ Hai pemberontak yang berhati kejam, engkau aku beri kesempatan untuk mengajukan permohonan terakhir. Sampaikan apa keinginanmu sebelum hukuman atas dirimu di aksanakan! “ kata khalifah UmarBin Abdul Aziz.
            “ tirmakasih , wahai amirun mukminin.” Jaawab pemberontak itu. “ aku hanya menginginkan segelas air putih.”
            “ hanya itu permintaan terakhirmu?” khalifah bertanya keheranan.
            “ benar tuanku.”
            “ baiklah aku penuhi permitaan itu,” ucap khalifah, seraya memerinth kan salah seorang pengawal untuk mengambil segelas air putih umtuk di berikan kepada pemberontak terhukum yang tidak lama lagi akan menerima eksekunsi hukuman pancung.
            Segels air itu di berikan itu di terimanya dnegan tangan kanannya.
            “ apakah khalifah bersedia berjanji? Apabila air yang ada dalam gelas ini belum aku minum, khalifah tidak akan memerintahkan algojo untuk meleksanakan hukuman atas diriku? Kata pemberontak itu.
             Ya aku bersedia berjanji. Jika air dalam gelas itu belum engkau minum, hukuman tidak akan di laksanakan Khlifah Umar Bin Abdul Aziz memberi jsminan.
            Mendengar janji khalifah itu, tiba-tiba si pemberontak membuang air di gelas itu sampai habis.
            “ janji adalah sutu yang harus ditepati. Ukankah demikian wahai Amirun Mukminin?” kata pemberontak itu.
“ Ya. Janji itu memang harus di tepati. Itu adalah keadilan.” Jawab Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang masih belum paham apa yang di maksud pemberontak itu dengan perbuatanya yang di anggap tidak waras. Ia telahmembuang air dalam gelas yang baru saja di mintanya.
“ Bukankah tadi Khalifah Umar Bin Abdul Aziz telah berjanji? Jika air dalam gelas itu belum aku minum, tuan ku tidak akan melaksanakan  hukuman terhadap ku? Air itu telah aku tumpahkan, dan sekarang telah kering di tanah, sehingga aku tidak bisa meminum air itu. Berarti Khalifah tidak akan bisa melaksanakan hukuman sesuai dengan janji khalifah tadi.” Ucap pemberontak itu dengan licik.
Mendegar itu Khalifah mengerutkan keningnya untuk beberapa saat kemudian Khaliifah tersenyum. Dan lalu membebaskan pemberontak tersebut dari hukuman pancung.
Pada kesempatan lain. Kembali seorang pemberontak tertangkap. Dengan muka menahan marah, khalifah memerintahkan umtuk segera meng hukum pemberontak itu dengan hukuman pancung.
Menjelang hukuman mati di laksanakan, tiba-tiba pemberontak itu menagis tersedu-sedu. Dengan wajah sinis Khalifah mencemoohnya.
“ mengapa engkau menangis? Seorang pemberontak yang katanya gagahberani, ternyata menangis ketika menghadapi hukuman mati. Apakah engkau searang sudah menjadi tikus yang pengecut?”
“ Demi Alllah, wahai Amirul Mukminin, aku menangis bukan karena takut mati. Kematian udah menjadi. Ketenttuan Tuhan. Mati pasti akan ditemui siapapun yang masih hidup.” Sahut pemberontak itu.
“ lalu mengapa engkau menagis?”
“ aku menangis karena aku mati di saat Khalifah sedang marah. Aku menyesal sekali. Bukankah orang yang sedang marah, tidak di perbolehkan memutuskan sebuah hukuman?”
Mendengar jawaban itu, khalifah Umar Bin Abdul Aziz tertunduk. Dia teringat, dalam islam penganutnya di larang melakukan sesuatu dengan dasar nafsu amarah. Rasulullah pun melarang untuk menjatuhkan suatu keputusan hukum ketika seorang dalam keadaan marah. Maka khalifah segera memberikan perinah untuk membebaskan pemberontak tersebut dari hukuman pancung.
Akan tetapi walau demikian –akhirnya dengan kegigihan yang tak mengenal lelah- khalifah dapat menumpas habis semua pemberontak itu. Dalam penyergapan yang setrategis, pipinan pemberontak dapat di takhlukan dan akhirnya menyerah.
Dengan di rantai, kepala pippinan pemberontak itu di hadapkan kepada khalifah.
“ wahai Amirun Mukminin, tuan telah di beri kemenangan sehingga sekarang aku menjadi tawanan tuan. Sebelum khalifah menjatuhi hukuman mati terhadapku,  anugerahilah aku yang kalah ini dengan sesuatu yang melebihi kemenangan.” Kata pimpinan pemberontak itu
“ apa maksud perkataanmu itu?” tanya khalifah
“ berilah aku ampunan dan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki kesalahanku.”
“ tidak! Enkau dihukum justru karena dirimu bersalah dan menolak utuk menyerah. Aku harus menegakkan keadilan.”
“ ucapan khalifah memang benar. Tetapi, bukankah Khalifah pernah menyatakan bahwa ada yang leebih tinggi harganya dari keadilan, yaitu memberi maaf?” kata pimpinan pemberontak memandang wajah Khalifah dengan penuh harap. “ maka aku mohon maafkanlah aku. Karena Allah mencintai orang yang mengasihi sesamanya. Terutama oang yang lemah, kalah dan berdosa,serta mengakui segala kesalahanya.”
Khalifah menjadi terbungkam. Rupanya dia telah temakan oleh ucapan pemberontak tersebut, sehingga pimpinan pemberontak itu di bebaskan dengan harapan dapat bertaubat dan menempuh jalan yang benar di hari kemudian
SUMBER :       
PINTU SURGA TELAH TERBUKA, kisah-kisah religius dalam tradisi klasik islam
Penulis DRS. SAMSUL MUNIR AMIN, M.A.

TANGISAN PARA SAHABAT



                Nabi Muhammad saw. Memuji umatnya yang hidup di atas sifat baik dan meniggalkan sifat-sifat tercela. Nabi seakan sangat menginginka umatnya untuk selalu taat dan terus menerus dalam sifat terpuji. Pada suatu malam, di pulau rajab, nabi bangun di tengah malam, dan pehi menuju masjid untuk meliha para sahabatnya, apakah ada yang bangun tengah malam untuk bermunajad kepada Allah.
                Ketika telah dekat dari masjid, Nabi mendengar suara Abu Bakar yang menangis ketika sedang sholat. Abu Bakar beramksud menghatamkan Al-Qur’an  dalam sholat dua rokaat. Tetapi ketika sampai pada ayat:sesunguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surha untuk mereka. (QS, AT-TAUBAH(9):111)
                Ketika sampai pada ayat tersebut, dia menagis dengan keedihan yang amat sangat.
                Di sudut masjid lain, Nabi mendengar suara Ali Bin Abi Thalib yang juga sedang menangis dengan suara keras. Dia ingin meng hatam Al-Qur,an dalam  sholat ke dua rakaat. Akan tetapi ketika membaca ayat AL-qur’an: katakanla, apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui? Hanya orang-orang yang berakal yang bisa menerima pelajaran. (QS.AZ-ZUMAR(39):9)
                Ketika sampai pada ayat tersebut, Ali menagis dan air matanya berderai.
                Di sudut yang lain lagi di dalam masjid, Mu’adz Bin Jabal juga sedang menangis dengan suara keras. Dia bermaksud menghatamkan alquran setengah surah atau sepertiganya, kemudian dia mengganti dengan surah lain, tetapi dia selalu menagis dalam sholatnya,sehingga air matanya bercucuran di tempat sujud.
                Di bagian lain tampak pula Bilal tengah melakukan sholat dan sebagai mana sahabat lain, Bilal juga menangis bercucuran air matanya.
                Rhasulluah pun akhirnya ikut menangis hingga mereka selesai melakukan sholat. Nabi pulang ke rumah, tetapi hatinya merasa gembira, hingga akhirnya sampai di rumah. Para sahabat yang tadinya melakukan sholat malam di masjid itu, tidak ada satupun yang mengetahui bahwa nabi datang ke masjid itu, tudak ada  satupun yang mengetahui bahwa nabi datang ke masjid dan menyaksikan munajad mereka di masjid.
                Pada subuhnya, mereka melakukan sholat berjamaah bersama Nabi saw. Nabi lalu menatap muka mereka, dan betanya ke pada mereka.
                “ wahai Abu Bakar, mengapa egkau mnagis pada ayat: sesunguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
                ”bagai mana aku tidak menangis?” jawab Abu Bakar. “ padahal Allahtelah membeli jiwa para hamba. Jika hamba itu cacat, pasti dia tidak akan di beli. Atau jika tampak cacatnya setelah di beli pastilah akan di kembalikan. Jika ternyata aku cacat ketika di beli, atau ketahuan cacat setelah di beli maka tentulah aku akan masuk keneraka, karena itulah aku menangis.” Lanjut Abu Bakar.
                Maka datanglah Jibril kepada Nabi, dan berkata: wahai Muhammad,kata kanlah kepada Abu Bakar jika pembeli tahu cacat hamba dan membelinya karena tau cacatnya maka dia tak berhak mengembalikanya. Allah mengetahui dengan cacat hamba-Nya sebelum dia menciptakanya. Beserta cacatnya maka di beli dan tak akan di kembalikan. Juga dengan cacat setelah di beli.
                Misalnya, seseorang membeli sepuluh budak dan ada satu yng cacat, lantas dia hanya mau membeli yang tidak cacat maka hukum tiadak mengatur begitu.
                Allah telah membeli orang-orang mukmin –orang-orang yang beriman- dan memasukkanya di antara pada sufi, wali, para Nabi dan para Rasul. Nyatanya bahwa yang cacat tak akan di kembalikan.”
                Mendengar penuturan malaikat Jibril, Nabi bergembira, demikian pula para sahabat.
                 “ Apa yang menyebabkan engkau menagis ketika membeca: katakanlah, apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui? Hanya orang-orang yang berakal yang bisa menerima pelajaran. Tanya Nabi kepada Ali Bin Abi Thalib.
                “ bagaimana aku tidak menangis, mendengar firman Allah itu?” kata Ali Bin Abi Thalib. “ sedangkan bapak kita Nabi Adam adalah manusia yang paling mengetahui, seperti firman Allah SWT: ALLAH MENGAJARKAN ADAM NAMA-NAMA SEMUANYA, sedagkan aku tidak mengetahui sesuatu sebagaimana Nabi Adam. Bagaimana aku tidak sedih?”
                Maka datanglah malaikat Jibril dan berkata, “ wahai Muhammad, katakanlah kepada Ali Bin Abi Thalib, tidak lah sama  dengan apa yang engkau sangkakan. Tetapi ketahuilah, tidak akan sama pada hari kiamat, antara orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Orang kafi menyembah berhala dan tidak beriman kepada Allah serta hari akhir. Sedangkan orang-orang mukmin menyembah Allah. Setiap waktu dan keadaan selalu membaca la ilaha ilallah, muhammadur rasulillah –tidak ada tuha selain Allah, Muhammad utusan Allah- mereka jika berbuat baik bergebira, dan jika mereka berbuat jelek bereka beristigfar –MEMINTA AMPUN- , jika berpergian mereka meng-qasar dan mengurungkan puasanya, dan itu semua tidak di haramkan. Maka tilak lah sama antara orang kafir dan orang mukmin, orang kafir berada di nerakadan orang mukmin berada di surga,”

SUMBER :       
PINTU SURGA TELAH TERBUKA, kisah-kisah religius dalam tradisi klasik islam
Penulis DRS. SAMSUL MUNIR AMIN, M.A.

MENJUAL HARTA DENGAN HARTA DUNIA



Dalam sebuah ruwayat di kisahkan, bahwa salah seorang laki-laki yang setia menjadi sahabat Nabi Musa as. Sehingga dia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari Nabi Musa. Dari pengetahuan yang di peroleh, dia menyebar luaskanya sehingga dia menjadi seorang yang kaya raya. Namun sudah sekian lama dia tidak pernah berjumpa dengan Nabi Musa, sehingga Nabi Musa merasa kehiangan seorang sahabat setia. Nabi Musa sering menanyakan kabar berita sahabat tersebut, kepada orang yang di jumpainya.
                Beberapa lama kemudian, datanglah seekor laki-laki yang menuntun seekor babi. Di leher babi itu terdapat seutas tali yang bewarna hitam. Melihat itu, Nabi Musa segera bertanya:
                “ hai apakah engkau pernah mengetahui dan melihat Fulan, seorang sahabatku yang setia dulu?” tanya Nabi Musa.
                “ ya. Orang yang setia dulu kepadamu adalah babi ini.” Jawab orang yan di tanya Nabi Musa.
                Melihat keadaan demikian, nabi musa terus berdoa dan memohon kepada Allah, agardia mengembalikan sahabatnya itu dalam bentuk semula sebagai manusia agar Nabi Musa bisa menayakan perihal apa yang telah menimpanya.
                Allah akhirnya memberi wahyu kepada Nabi Musa, “ seandainya engkau memohon kepada-Ku dengan apa yang di gunakan memohon kepada-Ku oleh Nabi Adam as., dan para Nabi sesudah nya, aku tetap tidak akan mengembalikanya dalam bentuk manusia sebagai mana sebelumnya. Namun aku akan memberi tahukan kepadamu tentang mengapa Aku membuatnya demikian? Yaitu dia mencari keduniaanya dengan menjual agamanya.”

SUMBER :       
PINTU SURGA TELAH TERBUKA, kisah-kisah religius dalam tradisi klasik islam
Penulis DRS. SAMSUL MUNIR AMIN, M.A.

PINTU SURGA TELAH TERBUKA



Di ceritakan dari Abdul Wahid bin Zaid, bahwa dia menuturkan sebuah kisah menarik. Dia bercerita:
                Suatu ketika aku berada di sebuah kapal, tiba-tiba kapal yang aku tumpangi bersama seluruh penumpangnya terbawa oleh angin kencang menuju ke sebuah pulau. Pulau itu sepertinya kosong, tidak berpenghuni. Aku kemudian berjalan menuju ke pulau itu. Di situ aku mendapati sebuah manusia yang sedang menyembah sebuah berhala. Dia sepertinya sedang khusyuk dengan meditasinya itu.
                Aku dan beberapa orang sedang mendekatinya. Melihat ada yang datang, dia menatapku dengan penuh selidik. Aku tersenyum, tanda persahabatan, dia membalas tersenyum.
                “ engkau sembah berhala itu padahal berhala itu buatan manusia,” kataku.
                “ kalau begitu, kalian sendiri menyembah apa?” sambil menjawab, dia berdiri seraya menatap kami yang datang.
                “ kami menyembah tuhan yang menciptakan langit, bumi dan laut.”
                “ siapa yang memberi tahukan semua itu kepada kalian?”
                “ Dia mengutus seorang Rasul –seorang utusan- kepada kami.”
                “ apa yang di lakukan terhadap utusan itu?”
                “ Malaikat membawakan kepada-Nya.”
                “ apakah dia meninggalkan sesuatu atau tanda-tanda  kepada kalian?”
                “ iya dia meninggalkan kitab dari malaikat itu.”
                “ tunjukan sesusatu kepada ku dari kitab itu.”
                Aku lalu membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dari Surah Ar-Rahman. Mendengar aku membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an Surah Ar-Rahman tersebut, dia mendengarkan penuh dengan khusyuk, sesekali telinganya di dekatkan untuk menangkap suaraku. Aku trus membacakan ayat-ayat itu. Dia menangis mendengar ayat-ayat itu di bacakan. Tangisnya tiada henti sampai aku selesai membaca seluruh Surah Ar-Rahman tersebut.
“ tidak lah patut kita berbuat durhaka kepada pemilik firman suci ini.” Katanya dengan penuh kenyakinan dan ke mantapan.
Kemudian aku mengajak dia untuk masuk agama islam.
“ AKU BERSAKSI BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, DAN AKU BERSAKSI BAHWA NABI MUHAMMAD ADALAH UTUSAN ALLAH (1=pengakuan seseorang untuk menjadi muslim di sebut syahadat. Dan syahadat termasuk rukun ISLAM yang pertama. Seseorang menjadi muslim dengan mengucapkan penuh keyakinan: asyhadu allailaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah)” Dia mengucapkan kalimat syahadat dengan keyakinan yang mantap. Wajah nya penuh semangat. Akhirnya  orang itu kami ajak barsama untuk naik ke kapal yang kami tumpangi.
Ketika malam sudah gelap dan kami telah selesai melakukan sholat isyak, kami pun siap-siap menuju tidur.
“ Apakah Tuhan yang memberitahukan kepadaku itu tidur sebagai mana kalian tidur.”
“ Tidak, Tuhan kami tidak tidur. Dia hidup kekal dan Dia yang awal dan Dia pula yang akhir, serta Dia tidak tidur.”
“ Kalau begitu, kalian adalah sejelek-jelek hamba. Kalian tidur, sedangkan Tuhanmu tidak tidur. Tidakkah lebih baik malam ini kalian terus menyembah kepada-Nya.”
Aku merasa kecil di hadapan orang yang baru saja memeluk agama islam itu. Ternyata kecintaanya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta beitu besar, begitu kuat. Sedangkan aku! Aku begitu kecil di hadapanya. Malam itu kami pun bermunajat kepada Allah bersamanya.
Ketika kami tiba di tempat tujuan, an dia meminta izin ke suatu tempat, kami mengumpulkan beberapa uang untuknya, sekedar rasa simpatik.
“ Untu apa uang ini?”
“ Ini uang untuk mu, engkau bisa pergunakan untuk keperluanmu.”
“ kalian telah menunjukan jalan yang aku tidak melihat sebelumnya. Dulu aku menyembah selain Allah, namun aku tidak terlantar. Apakah sekarang Allah akan menelantarkan aku, sedangkan aku kini telah mengenal-Nya?”
Lagi-lagi aku menjadi kecil di hadap orang itu. Dia penuuhan kenyakinan akan Tuhan Allah yang baru di kenalnya.
Tiga hari setelah kejadian itu, aku memperoleh berita bahwa dia dalam ke adaan sakit yang amat parah, bahwa dia di kabarkan  bahwa dia sedang dalam keadaan sakaratul maut. Aku lalu menemui dia.
“ Apakah engkau ada keperluan?” Tanyaku.
“ Seluruh kepenuhanku sudah di penuhi oleh Tuhan yang tekh mengeluarkan ku dari  pulau itu. Aku akan tudur bersamanya di tempat-Nya.”
Beberapa hari setelah kejadian itu aku bermimpi. Aku melihat dalam mimpiku itu ada seorang gadis di suatu taman yang indah.
“ bawalah orang itu –orang yang baru masuk islam itu- dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan . telah lama aku rindu kepadanya.” Ucap gadis itu.
Mendengar ucapan itu aku terbangun. Dan aku mendapati orang itu –yang baru saja masuk islam- ternyata telah meninggal dunia. Dan kamipun segera menguburkanya.
Lagi-lagi dalam mimpiku aku bermimpi bertamu dia. Aku melihat dia sedang memakai mahkota sedang berada di kapalnya. Dan di sisinya terdapat bidadari-bidadari. Dia tersenyum melihatku.
Dia membacakan ayat-ayat Al-Qur’an: malaikat malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (sambil mengucapkan): ‘ keselamatan ats kamu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.’ (QS.Ar-Ra’d(13):23-24)

SUMBER :       
PINTU SURGA TELAH TERBUKA, kisah-kisah religius dalam tradisi klasik islam
Penulis DRS. SAMSUL MUNIR AMIN, M.A.